Kategori

Rabu, 12 November 2014

SMS Lagi-lagi

Allow kakak yang gagah, met malam minggu… lagi ngapain? Di sana musim apa? Di sini lagi musim cadel… hehehe… balas nggak balas pelit… Sederet pesan singkat ini baru saja masuk di inbox hp Kardede, pengirim : LAGI-LAGI. Kardede tertegun sejenak memandangi pengirim yang misterius itu. Kardede memang sengaja memberi nama LAGI-LAGI di daftar kontak hpnya, sebab lagi-lagi dia yang mengganggu istirahat malam Kardede dengan smsnya. Dan ini sudah berlangsung selama dua pekan ini dengan isi pesan yang berbeda. Pesan yang selalu mengusik Kardede, tak peduli pagi, siang, sore ataupun malam hari. Seperti juga malam ini, Kardede baru tiba di kamar kosnya setelah seharian di kampus. Kuliah pagi sampai siang dan sore hari ikut latihan menembak di UKM Perbakin. Sabtu yang melelahkan dengan kegiatan yang seabrek-abrek itu. Maksud hati sebenarnya hendak tiduran dulu melepas lelah, eh sms iseng itu malah mengganggunya dan jadi kepikiran. Hingga malam ini Kardede pun belumlah tau siapa pengirim itu sebenarnya. Dan selama dua minggu itu pula Kardede tidak pernah meladeni sms-sms itu. Itupun Kardede sengaja sebab memang tidak ada pulsa untuk ngebalas . Yeee. Yang pasti Kardede berbuat begitu untuk membuat bosan si pengirim. Bosan? Kenyataannya tidak. *** Kardede urung melanjutkan baring-baringnya. Dia bangkit dari tempat tidurnya dan melangkah menuju dispenser dan kemudian menyalakan pemanas air. Berjalan ke dapur dan mengambil sebuah mug bergambar logo real Madrid di sana, dituangkannya sesachet nescafe. Menutup pintu dapur dan dia sudah berada di kamar tidurnya kembali. Di tempat kosnya ini memang hanya ada tiga ruangan, selain dapur dan kamar mandi, adapula kamar tidur berukuran 4m x 4m yang merangkap ruang belajar, ruang nonton, tempat terima tamu, tempat ibadah dan seringkali jadi ruang makan. Selanjutnya mug berisi serbuk kopi itu diletakkan di bawah kran air panas. Sembari menunggu indikator panas menyala, Kardede memencet-mencet tombol hp, didekatkannya hp itu di telinganya seperti mencoba menghubungi seseorang. Tapi jawaban yang terdengar hanya suara operator yang menyadarkan Kardede akan kekeliruannya. ___sisa pulsa dalam kartu prabayar anda tidak mencukupi untuk melakukan panggilan ini. Sisa pulsa yang anda miliki adalah senilai enam puluh rupiah… tunanit… tunanit… tunanit…___ Kardede menepuk jidatnya, “ups lupa, pulsa habis… gara-gara sms itu jadi lupa deh kalo pulsa sudah minim!” Gerutu Kardede menyalahkan si LAGI-LAGI. *** Kardede mengambil dompet yang tadi ditaruhnya di bawah bantal, dilihatnya isinya. Terlihat dia nampak seperti meringis. “Wah, tinggal duapuluh ribu, mestinya hemat ini, tapi menelpon Pipit juga penting, hmm.” Kardede menimbang-nimbang antara beli pulsa atau tidak, tapi tak lama kemudian dia berdiri dan merogoh saku celananya. Dia terpekik kegirangan saat dia mendapatkan ada uang di sana, “tujuh ribu, lumayan dah…” Setelah menutup pintu kamarnya, dengan terburu-buru dia berjalan ke arah depan rumah kosnya. Tibalah ia di seberang jalan, bermaksud hendak beli pulsa. “Mba, isi pulsa elektriknya dong!” “Ih Kak Dede, manggilnya gitu lagi, panggil adik saja napa?” Jawab si nona penjual pulsa. “Oh iya, Kakak lupa… abis nama kamu Dinda sih, masak manggilnya dik Dinda gitu… hehehe?” Kardede menepuk lagi jidatnya. “hehe, maksudnya itu Kak Dede milih dong, manggil adik atau Dinda saja.. ihhhh” Si nona gemas dan tersenyum. “Baiklah, Kakak panggil Dinda saja ya?” “Terserah Kak Dede deh, mau pulsa berapa nih?” “Yang sembilan ribu ada?” “Apaaa lagi itu sembilan ribu, yang ada itu sepuluh ribu atau lima ribu Kaaak?”Dinda teriak merasa dikerjain Kardede. “Lima puluh ribu atau seratus ribu juga ada…” Dinda menambahkan. “gitu ya, yang lima ribu aja deh!” Kardede menahan tawa mendengar Dinda barusan. “yeee, bilang saja kalo emang maunya pulsa segitu, hahaha” Dinda bukannya menahan tawa, dia malah tergelak melihat ulah Kardede. Setelah bayar pulsa, Kardede kembali ke kamarnya. Dilihatnya indikator panas dispenser sudah berwarna merah dan mungkin sudah sejak tadi. Perlahan ditekannya kran air panas dan mengisi mug yang sudah ada di situ. Air itu tampak mengepul saking panasnya. *** Sambil mengaduk kopi nescafe yang beraroma sedap mewangi itu, Kardede membaca kembali pesan cadel tadi. Dia tersenyum saat membaca kalimat yang terakhir, balas nggak balas pelit. “Lho?! Dibalas pelit, nggak dibalas juga pelit…” Kardede menggumam “Hahaha, dasar kurang kerjaan…” Kardede tertawa sendiri Kardede menyeruput hasil seduhan kopi instannya, dipencet-pencetnya tombol hpnya menelpon kembali nomor yang tadi dihubunginya. Tetapi hanya disambut dengan lantunan nada sambung pribadi si pemilik nomor : ___Tak ada yang lain…selain dirimu…yang selalu kupuja…kusebut namamu…di setiap hembusan nafasku…kusebut namamu…kusebut namamu___ Tak ada jawaban. Dicobanya lagi, dan masih saja alunan suara Once yang terdengar. Diulangnya sekali lagi, dan lagi-lagi tidak ada jawaban. Kardede terlihat kesal, dilemparkannya hp itu ke atas tempat tidurnya. Kardede meletakkan mug yang sudah berisi setengah itu di meja belajar. Sejurus kemudian diapun ikut menghempaskan dirinya di tempat tidur menyusul hp yang sudah ada di sana. Tapi sesaat kemudian tiba-tiba terdengar nada pesan masuk, dan dengan refleks Kardede berbalik ke arah hp yang tadi dibelakanginya. Kardede berharap pesan itu dari Pipit, tetapi… 1 pesan dari LAGI-LAGI kakak yang gagah dan baik hati, kok smskuh belum dibalas? malah ya? Hmm… akuh hanya mo ngingatkan ntal jangan lupa ya delby Madlid… Akuh jagokan Leal juga lho…he he he, met tidul ya… Kardede menggeleng, “cadel… cadel… siapa sih kamu sebenarnya? Kardede membathin Kardede membalikkan badannya ke posisi telentang, diamati dan dibacanya lagi pesan cadel itu, pikirannya melayang. “Siapa dia ya? Teman kelas kah? Maba kah? Dosen kah? Atau jangan-jangan Pipit yang ngerjain?” Kardede kembali bicara dengan dirinya. Dia menatap hp itu lagi, lalu disetelnya alarm ke pukul 02.00, persiapan nonton derby Madrid sebentar. “Tapi kok dia tau ya, aku itu ngefans Real Madrid?” Lagi-lagi Kardede membathin plus seulas senyum dan gelengan kepala pertanda dia tak habis pikir dengan apa yang terjadi. Tak lama Kardede pun terlelap dengan hp yang masih tergenggam di tangannya. Kardede pulas dengan menggenggam seribu tanya dan rasa penasaran yang menyertainya. *** Bulukumba, September 2014 (ANUGERAH OETSMAN) Sumber Illustrasi : http://inuna.files.wordpress.com/2012/01/muslim-kartun2.jpg